Uban yang Dihembuskan Angin Surga
<script async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js?client=ca-pub-2998244340031743"
crossorigin="anonymous"></script>
"Pa... bangun...aku mau ngomong...'apa aku boleh mewarnai rambutku ini...uban-ubanku sudah bermunculan?'".
"Untuk apa bu...uban itu adalah tanda dari Tuhan jangan diwarnai...kelak akan menjadi cahaya di hari kiamat".
Ucapan suaminya tak pelak membuatnya berhenti untuk merengek. Disadarinya, bahwa diusianya terlalu banyak memanjakan diri dan tidak fokus pada apa yang seharusnya dicapai. Suaminya heran istrinya itu tidak menimpali perkataannya tidak seperti biasanya. Norma langsung pergi karena merasa tidak ada gunanya jika mendebat urusan akhirat. Dia benar...kenapa permintaanku aneh...toh aku juga kan berkerudung...untuk apa...lucu juga....Dalam benak nya bergumam.
Sekarang giliran suami Norma yang berdiri di depan cermin mengibas-ngibaskan rambutnya yang basah dan menyusuri tiap helai bagian rambut, dan menggoyang-goyangkan kepala mencari bagian mana yang paling banyak ubannya. Dari arah belakang istrinya Norma berkomentar, " Kita sudah tua pa...sudah beruban...itu tanda dari Allah...kelak tanda itu menjadi cahaya di hari kiamat"
Suaminya tersenyum simpul, mendengar istrinya meniru bicaranya tempo hari mengenai uban.
"Ia bu...kita sudah tua...sudah saatnya memikirkan amal yang mengantarkan kita ke surga".
Tampak keharmonisan pasangan suami istri ini, dengan segala rasa syukur dan keridhoan dalam menjaga ubannya agar tetap orsinil sebagai bukti keikhlasan menerima fitrah yang Tuhan berikan.
Komentar
Posting Komentar